Baganbatu, Seribu Kubah – Devisi Kewirausahan dan Perekonomian ICMI orda Rokan Hilir bekerjasama dengan Bioploc Hijrah Comunity Riau akan mengadakan pelatihan ternak lele secara bioploc. Pelatihan akan dilaksanakan di Cafe Rai And Friend’s Coffee Lantai dua Jalan Sei Buaya Baganbatu, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir pada 22 Juli 2017 mendatang.
Demikian hal ini diungkapkan oleh Irwan kepada Seribukubah.com, Selasa (4/7/2017). Ia menjelaskan, nantinya akan di hadiri oleh Narasumber, Heptiyalis S.Sos selaku Ketua Bioploc Hijrah Comunity, sedangkan Info pendaftaran: 085261290606 (Irwan) dengan fasilitas modul, sertifikat, bimbingan ternak lele secara bioplok dalam group, makan siang dan snack, e-book.
Dia menjelaskan, Bioploc adalah sebuah sistem budidaya ikan lele melalui proses penumbuhan dan pengembangan mikro organisme. Proses ini dilakukan dengan cara mengolah limbah hasil budidaya menjadi gumpalan kecil sebagai makanan ikan secara alami.
Kemudian, kolam yang dibutuhkan tidak terlalu besar, menggunakan kolam yang terbuat dari terpal berbentuk bulat. Kolam tersebut berdiameter tiga meter, dengan kedalaman sekitar 1,5 meter.
Kemudian, lanjutnya tata cara pemeliharaan lele dengan sistem ini menggunakan pakan alami. Karena dengan bioflok, limbah budidaya dijadikan pakan alami dengan menambahkan probiotik.
“Probiotik inilah yang akan mengurai sisa-sisa pakan menjadi flok atau gumpalan-gumpalan berisi mikro organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing) yang bisa digunakan untuk makanan ikan tersebut, ” terangnya.
Dengan keunggulan dari teknologi ini adalah hemat, hemat tempat dan lahan. Karena di lahan yang super sempit petani atau pelaku peternakan bisa memproduksi. Tidak hanya lokasi keberadaan kolamnya pun bisa ditaruh didalam ruangan maupun di luar ruangan.
“Ini teknologi yang super hemat baik dari lahan maupun biaya,” ujarnya.
Selain hemat lokasi tambahnya, teknologi ini juga hemat air, memelihara ikan menggunakan sistem ini tidak butuh air yang banyak setiap hari. Karena di dalam sistem bioflok ini justru tidak boleh terlalu banyak membuang air.
“Sebab dalam air kolam tersebut sudah ada nutrisi yang diciptakan sendiri dari kotoran yang dihasilkan,” paparnya.
Tak hanya itu, selain hemat lahan, air dan juga hemat waktu, karena bisa produksi kapan saja, dimana biasanya kalau petani ikan panennya terbatas hanya pada musim hujan saja, tetapi mengunakan produksi ini bisa panen kapan saja, dan tingkat produksinya bisa lebih tinggi berkali lipat, misalnya dalam kalam bioflock dengan diameter 1.5 meter bisa menampung ikan sampai 2500 dengan ukuran ikan Lele sekitar 6 cm. Tidak hanya lele, teknologi ini juga cocok untuk ikan jenis Nila, Gurami lainnya. ”Tetapi kalau petani belum mahir bisa menebar 1000 bibit,” katanya.
Jika dibandingkan dengan kolam biasa kolam dengan diameter 1.5 meter ini paling hanya bisa menampung tidak lebih dari 1000 bibit. Kenapa hal ini bisa terjadi karena dalam pengembangan bioflock bisa karena ada blower sebagai bisol oksigen yang dihasilkan dari blower tersebut.
“Keunggulan dari teknologi ini juga lebih higienis karena tidak ada kontaminasi lumpur. Sehingga ikan atau lele yang dihasilkan jauh dari adanya bau amis atau lumpur saat dikonsumsi karena hasil produksi bersih dari lumpur,” tuturnya.
Ketua ICMI Rohil, dr. Suratmin menyatakan bahwa saat ini kreativitas dan kemampuan kewirausahaan harus di tingkatkan agar ketergantungan kepada Pemerintah bisa berkurang.
“Artinya kita sama-sama mencari solusi untuk kemajuan daerah kita, segala bidang harus kita gerakkan, tetapi dengan follow up yang jelas,” kata Suratmin. (Samsul)